Thursday, March 24

Touch My Heart #2

Bismillahirrahmanirrahim.


Pada semester pertama perkuliahan saya di Indonesia, saya ditakdirkan untuk tinggal berempat bersama tiga orang lagi housemates saya di sebuah kosan berdekatan uni kami. Atas sebab beberapa masalah tertentu, kami sepakat untuk berpindah ke kosan lain dan makanya bermulalah episod mencari rumah baru yang bersesuaian dengan kehendak kami. Dan di sini lah titik di mana Allah menuliskan takdir untuk saya bertemu dengan seorang insan bermakna yang saya langsung jatuh sayang pada pertemuan pertama kami.

Petang itu, saya bersama dengan Iqa ronda-ronda petang dengan speda kami dengan tujuan ingin mencari kosan yang available statusnya. Lalu kami termasuk ke dalam satu gang (istilah untuk lorong yang lebih kecil) dan bertemu dengan seorang perempuan muda di hadapan rumahnya. Lantas kami bertanya apakah ada kosan yang available di sepanjang gang tersebut lalu perempuan itu langsung mengajak kami masuk ke dalam rumahnya, kerana menurutnya di lantai atas rumah majikannya itu terdapat dua kamar kosong untuk disewa. Ternyata perempuan muda itu adalah orang gaji di rumah tersebut. Rumah itu kecil saja, dan di bahagian depan rumah itu adalah kedai runcit kecil milik tuan rumahnya. Lalu kami pun masuk untuk bertemu dengan tuan rumah tersebut dan rupanya orang tersebut adalah seorang wanita tua manis yang berusia dalam lingkungan 80-an. Nenek tersebut menyapa dan menyambut kami dengan begitu baik, lalu membawa kami ke lantai atas untuk menunjukkan kamar kosong tersebut.

Kami naik ke atas sambil berbual-bual dengan nenek tersebut yang lebih dikenali dengan panggilan Ibu Haji oleh orang di kawasan kejiranan mereka. Tidak dinafikan, kondisi kamar tersebut tidaklah terlalu dhaif namun tidak juga terlalu selesa. Lantainya bilik seluas 3 X 3 meter tersebut diperbuat daripada kayu sahaja yang sangat berbeza lah dengan kondisi kosan yang kami sedang sewa pada masa itu. Setelah ditanya-tanya, bilik yang disewakan di rumah nenek ini cuma 400k rupiah sahaja. Dimana purata rerata untuk sewa bilik di kawasan itu adalah sekitar 700-800k rupiah per bulan termasuk juga bil air dan elektrik. 'Murah sangat ni' monolog hati saya sendiri. Namun kerana jumlah kami adalah 4 orang dan kamar cuma ada 2 serta melihat beberapa kondisi kamar tersebut, saya dan Iqa sepakat ini bukan rumah yang kami cari. Jadi sebelum kami berangkat pulang, nenek mempelawa kami untuk duduk minum-minum dahulu sebelum pulang. Atas dasar kesopanan dan kerana menghormati orang tua, kami turutkan sahaja meski kami masih harus meneruskan pencarian kosan. 

Alhamdulillah, persetujuan kami untuk duduk minum-minum itu adalah satu keputusan yangg akan saya syukuri sampai bila-bila.

Ibu Haji adalah ibu kepada 6 orang anak. 2 orang laki-laki dan 4 orang perempuan. Semuanya sudah bernikah dan bekerja. Ibu berusia 81 tahun, dan baru saja kematian suaminya beberapa tahun yang lalu. Dia tinggal berdua dengan orang gajinya. Wajahnya putih bersih dengan nur indah terpancar dari wajah manisnya yang suka sekali tersenyum. Wataknya terserlah sungguh keibuan dan penyayangnya, tangannya suka menyentuh dan membelai lembut bahu dan tangan saya dan Iqa saat bicara, dan apa yang saya paling ingat, perkataan 'alhamdulillah' tidak pernah lekang dari bibirnya. Saat itu ibu bercerita, bahwa dulu saat beliau masih muda, beliau adalah seorang wanita yang tidak lah tergolong dalam kategori wanita yang baik. Beliau tidak berhijab dan mengaku agamanya hanya Islam pada KTP (Kartu Tanda Penduduk). Namun ibu berkata, "adalah satu nikmat yang besar kurniaan Allah pada ibu dengan mengurniakan jodoh seorang suami yang soleh pada ibu. Suami ibu adalah seorang kiai (ustaz) yang masyaAllah sungguh baik hatinya dan agamanya. Dia lah yang membimbing ibu kembali mengenali dan mengamalkan Islam. Alhamdulillah sekarang ibu bisa sholat dan membaca al-quran. Alhamdulillah ya Allah kerana aturanMu yang sungguh indah." Basahnya kata-kata yang ikhlas datang dari hati yang dekat dengan Allah. Sebak rasa bila mendengar tutur kata, yang jelas terdengar betapa ibu mencintai suaminya dan merasa suaminya adalah kurniaan Allah yang terhebat  dalam hidupnya. Sweet sangat. Ibu perwatakannya sangat lucu, walaupun sudah mencecah 80-an. Banyak lagi kata nasihat dan pesan darinya, supaya jangan pernah tinggal solat, aurat dijaga, hafallah surah-surah seperti Al-Mulk, As-Sajadah, Al-Waqiah, dan Ar-Rahman. Dan berulang kali beliau berpesan, untuk tidak berpacaran dan berdoalah dari sekarang semoga Allah memberikan kita jodoh yang soleh. Ibu sehingga menadah tangan dan membaca Al-Fatihah disusuli berdoa dengan nada yang kuat untuk kami semoga kami dikurniakan jodoh yang seperti suaminya. Aww, comel sangat ibu. Amin atas doanya ya ibu. Semoga diri sendiri bisa jadi solehah terlebih dahulu. 


Begitulah pertemuan kami berakhir, dengan meninggalkan satu rasa sayang yang menggunung dalam hati saya pada seorang insan yang pertama kali saya bersua.

******************************************************************

Setahun berlalu, saya tidak pernah berkesempatan untuk menziarahi ibu lagi, cuma sekali saya pernah mengirim buah-buahan pada cucu ibu yang bermain di depan rumahnya saat ibu tiada di rumah. Sampai lah suatu hari, dengan ditemani Cullen saat sedang membeli buah-buahan di pasar, terdetik dalam hati untuk pergi menziarah ibu. Betullah juga apa orang kata, apa yang kita plan selalu tak jadi, apa yang kita buat spontan tanpa plan, itulah yang jadi. Pokoknya, jangan plan. Hehe. Alhamdulillah petang itu saya diberi kesempatan lagi untuk bertemu dengan ibu walaupun apabila bertemu, ibu sama sekali tidak ingat pada saya. Mungkin atas faktor usianya, mungkin juga kerana sudah lama sekali saya tidak bertamu. Tapi ibu sangat-sangat menghargai kedatangan saya dan Cullen petang itu, langsung diajak duduk dan berbual, persis seperti pertama kali saya datang dahulu. Namun yang mengejutkan, pendengaran ibu tidak lagi seperti dahulu. Beliau sudah tidak bisa mendengar dengan baik lagi, dan kami harus mengeraskan suara sedikit supaya ibu bisa dengar apa yang kami ingin sampaikan. Terkadang kami perlu menggunakan bahasa isyarat tangan untuk berbual dengan ibu. 

Melihatkan sedikit ketidaknyambungan perbualan kami di situ, ibu lantas mulai bercerita (supaya jadi one-way communication). Beberapa bulan yang lalu, anaknya telah membelikan alat bantu dengar (ABD) yang bernilai 9 juta rupiah yang bersamaan dengan RM3000 supaya ibu bisa mendengar dengan normal kembali. Ibu berkata bahwa beliau sangat bersyukur kerana dikurniakan anak yang baik-baik dan tidak kedekut dengan dirinya. Namun kerana ABD tersebut tidak kalis air, maka setiap kali tiba waktu solat dan mau mengambil wuduk, ibu harus mencabut terlebih dahulu ABD tersebut. Sampailah satu hari di mana ibu terlupa untuk mencabut ABD itu saat ibu mengambil wuduk, makanya ABD itu tidak lagi dapat berfungsi seperti biasa. Jelas terdengar kekesalan pada nada suaranya berkenaan dengan kelupaannya.. Dan kerana ABD tersebut adalah satu hadiah daripada anak-anak yang bukanlah murah harganya di samping ibu tidak mau anaknya sedih, ibu bersama dengan orang gajinya yang setia telah pergi ke kedai elektronik tanpa pengetahuan siapapun dengan niat mau membaiki ABD tersebut. Namun tidak disangka kos yang diperlukan untuk membaiki ABD tersebut adalah sebanyak 4 juta rupiah (bersamaan kurang lebih RM1200) dan jumlah itu adalah di luar kemampuan ibu sendiri melainkan ibu harus meminta bantuan dari anaknya.

Sakin tidak mau menyusahkan anaknya lagi, ibu memilih untuk merahsiakan hal ini dari anaknya. Cukuplah duit anaknya dihabiskan untuk membeli ABD tersebut untuknya, ibu tidak mau lagi menyusahkan anaknya untuk membaikinya pula. "Ibu kan sudah tua, tidak dengar dan bisa ngobrol seperti dulu lagi kan juga gak apa-apa." Justeru setiap kali anaknya pulang menziarahinya, ibu masih memakai alat tersebut dan berpura-pura bahwa ibu masih bisa mendengar dengan baik, makanya dia selalu memilih untuk duduk di dalam biliknya saja saat anaknya pulang, agar mereka tidak tahu hal sebenar, meskipun ibu tahu mereka tidak akan pernah memarahi ibu atas kerusakan alat itu.

Huhu, sedihnya dengar, namun sangat kagum dengan ibu dan anak-anaknya. Solehahnya ibu dan Allah mengurniakan anak yang soleh dan solehah juga buat dirinya. Baiknya ibu sampai dikurniakan anak-anak yang juga baik-baik. "Alhamdulillah ibu dikurniakan anak yang baik-baik, tidak pelit dan sayang dengan ibu, alhamdulillah ya Allah...." Hm, ibu, semoga Allah sentiasa merahmatimu. Semoga juga saya dan kami semua bisa jadi anak yang baik dan taat pada ibu bapa saat tua mereka menjelang, dan juga bisa menjadi sosok ibu yang hebat kepada anak-anak kami kelak. Aamiin.


*********************************************************

2016. Dua tahun telah berlalu sejak pertemuan pertama saya dengan Ibu Haji. 

Di saat saya sedang diuji dengan perasaan sendiri dan ujian manusia, Allah menjentik-jentik hati saya untuk mencari sesuatu yang bisa mengisi jiwa, dan saya langsung teringat lagi pada ibu. 

Benar, kadang-kadang saat kita dalam satu-satu masalah dan perlukan consultation or someone to talk to, kita lebih senang untuk mecari orang yang jauh dengan kita yang jelasnya kita tahu jauhnya mereka akan menyebabkan kita tidak merasa seperti di-judge dengan pertimbangan manusia. Terkadang kata-kata yang spontan keluar dari mulut-mulut mereka walau mereka tidak lah tau hal sebenar yang sedang berlaku pada kita, itulah yang paling menyentuh hati dan menyebakkan. Kerana pada dasarnya saya yakin, setiap ilham kata dari mulut-mulut mereka semua, adalah daripada Allah SWT sendiri, yang mau menyampaikan setiap tarbiyah dan kasihNya kepada saya melalui orang-orang di sekeliling saya.

Alhamdulillah.

Saya berspeda menuju ke rumah ibu dengan dua jenis buah-buahan di dalam bakul speda, kali ini bersama dengan Ainei. Saya membawa hati ibarat cawan yang kosong, yang siap diisi dengan apapun tarbiyah yang Allah ingin sampaikan melalui sosok seorang ibu yang amat saya kagumi. Sampai di gang tersebut, rumah ibu sepi sekali, pintu ditutup dan lampu tidak dipasang. Sedikit hampa saya memikirkan tidak lagi berkesempatan untuk bertemu ibu pada hari itu di samping tidak lah berpeluang saya kenalkan ibu kepada Ainei. Saat kami sudah memutuskan untuk pergi, tiba-tiba pintu dibuka, dan orang gaji ibu menyambut kami. Alhamdulillah happynya rasa. Perempuan muda itu berkata ibu baru siap mandi dan lagi solat dan langsung menjemput kami masuk, persis seperti biasanya, dia sangat menyambut baik kedatangan tetamu-tetamu.

Tidak lama kemudian, ibu keluar. Melihat wajah dan senyumnya, langsung saya jadi sebak, hilang rinduku pada sosok ini. Ibu kelihatan sudah makin uzur dari fizikalnya, dan pendengarannya juga semakin tidak baik sehingga kali ini saya harus bersuara keras di tepi telinga ibu untuk berbicara dengannya dan itupun kadang ibu masih tidak bisa menangkap butir kata yang ingin disampaikan. Namun, ibu masih ibu, lucunya ya masih lucu. Disuruh orang gajinya menjamu kami dengan pelbagai makanan dan minuman, disuruh makan dan makan, malah dibungkus pula telur dan jajan-jajan dari kedai runcit kecilnya untuk kami bawa pulang. Hehe ibu. "Alhamdulillah ya kamu masih ingat pada ibu. Syukur ya Allah" kata ibu berulang-ulang kali sambil menadah tangannya setiap kali mengucapkan perkataan Alhamdulillah.

Dan ibu seperti biasanya, suka mengagumnkan saya dengan kata-katanya,

"Solat harus jadi nomor satu ya, harus! Jangan pernah tinggalkan solat. Aurat kamu dijaga, dipakai selalu jilbabnya, belajar yang benar, jangan mengecewakan orang tua yang jauh di rumah yang susah-susah cari uang buat belanja keluarga. Dulu ibu, susah sekali mau membesarkan 6 orang anak. Namun Alhamdulillah puji tuhan sekarang sudah nyaman dan anak-anak ibu baik-baik semuanya. Tidak ada satu pun yang lupa pada ibu. Alhamdulillah ya Allah, alhamdulillah.." Diulang-ulang kalimat kesyukuran itu dengan nada yang sungguh ikhlas. Diam sedetik dua, ibu menambah kata,

"Dan kalau kamu mencintai, jangan terlalu cinta, kerana pada akhirnya, Allah juga yang menentukan." Ringkas dan padat.

Rapuhnya hati saat itu, setiap kata ibu ibarat satu activator bagi kelenjar lacrimal saya yang terus menerus bekerja dan terus menerus ingin mengeluarkan cecairan walaupun ditahan. Kata dari hati kepada hati, kata ringkas tapi bermakna, kata yang tepat pada tempatnya. 

Alhamdulillah...

******************************************

"Nanti kalau kamu tunjuk gambar ibu bersama kamu ini kepada kenalanmu, apa ya yang kamu mau bilang tentang ibu?" Tanyanya lembut sambil memegang lembut bahu saya.

Saya tersenyum saja. Tak tahulah kenapa emosi sore itu sensitif sekali. Mau ngomong juga sudah rasa sebak. Ah, ibu, banyak yang saya ingin katakan pada semua orang tentang ibu, banyak yang saya ingin bicarakan pada ibu, tapi kata hanya tinggal kata, yang tinggal cuma senyuman kecil di bibir saya saat sang palpebra inferior bekerja keras menahan supaya tiada apa yang keluar darinya.

"Semoga ya, kamu bilang kepada mereka, ibu di dalam foto ini, adalah orang yang baik. Semoga itu bisa jadi penolong ibu di depan tuhan nanti."

"Pasti ibu, pasti." 

Dari atas: Ibu dengan Iqa (1), dengan Cullen (2), dengan Ainei (3,4)


Suka dengan setiap perasaan yang ada dalam hati setiap kali bertemu dengan ibu. Terasa positiviti disedut sepenuhnya oleh saya pabila melihat sosok yang sangat izzah dengan agamanya, yang dari setiap kata dan tingkahnya menunjukkan pribadi Islam yang sejati. Nak jadi macam ibu, huhu. I am very blessed to meet the owner of a very wise and beautiful soul. Alhamdulillah ya rabbi for this beautiful fate that You planned for me. Looking forward for our next meeting. Semoga Allah memanjangkan umur saya dan juga ibu supaya bisa saya bertemu ibu lagi, insyaallah amin. 


May Allah grant ibu with khusnul khatimah and Jannah, amin ya rabbal alamin. (tolong aminkan ye makasih)



Monday, February 22

Suatu Kisah Tentang PRANK

Haritu kemas-kemas hard disk, dengan sengaja tangan ini membuka satu folder yang selalu rasa segan nak buka, yaitu 'My Artwork'. Err, nama folder pun dah memualkan, ajet-ajet artist padahal lukisan conteng-conteng je hehe. So buka lah, since last time pegang pen lukisan and melukis pun dah tak ingat bila, lama sangat tak melukis. Used to think that drawing is my passion but I was wrong, it was and not anymore. *nangis*

Anyway, jumpa lukisan ni, dah lama nak cerita pasal ni sebenarnya, bukan kisah benar tapi kisah betul (eh), so alang-alang ada contengan ini kita add on jela dari berhabuk dalam folder 'my artwork' *mata ke atas* artwork sangat

***********************************************

Dulu-dulu, semasa saya masih muda dan tegang kulitnya, saya ada beberapa kawan perempuan sekelas yang sangat rapat dengan saya. Alhamdulillah, baik-baik semuanya. Kami ditakdirkan untuk bersama selama 4 semester di suatu tempat pengajian di suatu negeri. Pada semester 1 dan 2, di masa zaman kami baru berkenalan, saya duduk di sebelah Munah (nama sebenar) dia ni pendek orangnya (hehe) selain pendek beliau sangat comel dan kecik dan petah berkata-kata dan tak boleh duk diam dan mempunyai ketawa yang contagious dan kelakar orangnya. Kami sangat rapat. Masuk ke semester ke 3, ramai yang mahu bertukar posisi tempat duduk, geng masbuk (suka datang lambat) dah cop tempat belakang, dan sebagainya, jadi saya diajak oleh Bedah (nama sebenar) untuk duduk disebelahnya di posisi betul-betul di hadapan meja cikgu, sebab Bedah ni suka borak, ngan cikgu pun beliau suka borak, hehe. Jadinya saya pun duduk bersama Bedah pada semester ke 3. Munah pula duduk di hadapan sekali juga tapi dia di tengah kelas, posisi di sebelah Saodah dan Habibah (nama sebenar), katanya mahu lebih fokus (yelatu mu hehe).

Aw, rindu kelas-mates. M14.

Ok, disingkatkan cerita. Tiba-tiba, satu bulan antara 12 bulan dalam setahun pun tiba, yaitu bulan tanggal kelahiran saya. *hiks* Kebetulan tanggal tersebut jatuh pada bulan Ramadhan. Jadi pada hari kejadian, saya dan Aminah (nama sebenar) the only girls dalam kelas yang telah menyertai satu persatuan memasak (kelab sebenar), mempunyai aktiviti kelab yaitu berbuka puasa beramai-ramai di padang masjid negeri sebelum sama-sama menunaikan solat fardu dan tarawih di masjid tersebut. Pada waktu itu, saya dan Aminah telah berlari-lari dari blok asrama kami untuk mengejar bus yang sepatutnya bawa kami ke padang tersebut. Tapi, tiba-tiba Aminah ni ajak pergi ke tepi blok 7 kejap, katanya Habibah nak berjumpa. Dalam hati gue, 'jumpa dalam kelas jelaaaaa kita dah lambat' hehe. Sampai-sampai di tepi blok tu, saya melihat ada Habibah dan Saodah ada menunggu di satu meja batu (meja sebenar). Saya duduk di situ sambil-sambil menunggu Aminah berborak dengan Habibah. Anehnya, takda apa pun yang depa borakkan sangat. 

"Aminah, lama lagi ke? Kita dah lambat jugak ni, nanti kena tinggal bas."

"Taktaulah, tanya Habibah." Jawab si Aminah yang polos ni.

Eh aneh sungguh. Tak lama lepas tu, datang lagi tiga orang kelas-mates termasuklah Munah. Bila semua dah ambil seat masing-masing, Habibah yang terkenal dengan garangnya dia dan selalu dipanggil mak oleh kami semua, pun memulakan bicara,

"Hang lately ni dah berubah lah. Yela dah ada kawan baru, mana kawan dah ngan kami."

"Aku tau lah Bedah tu pandai, sebab tu kau nak duduk sebelah dia, taknak dah duduk sebelah aku."

"Sekarang selalu tengok awak gelak-gelak je ngan Bedah, mesti happy kan. Takda dah nak gelak ngan kitorang."

Dan provokasi itu pun berlanjutan. 2 minggu yang lalu, saya perasan perubahan sikap si Munah ni, dingin semacam je perangainya. Especially towards me. Pandang tidak, cakap pun tidak. Saya assumed dia PMS, tapi sampai satu moment time saya tegur Munah dengan niat nak buat lawak macam biasa, dia pergi macam tu je tanpa sepatah kata pun. Pedihnya hatiku kau buat wahai Munah, dan kisah ini berlanjut sampai hari kejadian ini. Rupanya sebab ini hang dingin dengan ceq noe, alolo.

Sambung lagi, macam-macam depa provoke, dalam hati rasa nak nangis, tak pernah kena macam ni tapi rasa kelakar pun ada jugak, apasal depa semua ni macam nak kasih sayang sangat dari aku ni, padahal makan borak macam biasa je even aku duduk sebelah Bedah sekarang. Depa dengan Bedah pun ok je rasanya. Aish aneh aneh. Dalam hati dah terlupa pasal bas kebarangkalian besar dah tinggalkan saya dan Aminah sebab sibuk nak perah otak nak hadapi sesi bashing ni.


Cuak jugak, Habibah pegang kamera pun gue tak perasan

Sampai satu saat dimana tiba-tiba Munah cakap, "Dah lah, aku dah surrender dengan kau. Lagi best duduk sebelah Saodah, beza gila dia dengan kau." sambil berdiri and terus pergi dari tempat kejadian.


Wei sedih bak hang, ayat Munah tu ibarat satu pisau potong bawang yang baru diasah-asah menusuk tembus ke bahagian septum jantungku, lalu muka pun terus berubah jadi sebek, tahan nak nangis. 

Tiba-tiba ada topi kertas atas kepala, "Happy birthdayyyyy!" Kata si Munah si pendek yang tiba-tiba muncul dari belakang. Apalagi, berpuluh-puluh bawang merah dipicit 1 cm dari mata ku makanya jadilah episod tangisan selok sampai takleh bernafas disitu haha. Ciss, prank rupanya. Dah la kena rakam dari awal sampai scene menangis tapi tak perasan langsung. 

"Penat aku kena tahan dari cakap ngan kau 2 minggu ni, ni mastermind Habibah dengan Saodah ni bagi arahan, aku ikut jela." kata si Munah pendek (hehe)

Bukan situasi sebenar
Dapat kek sebijik *jzkk*
Dengan baju labuh dan tudung pink bidang 60 *jzkk*

Aww rasa seeewwit sangat moment tu. Kelakar dan indah dan penuh dengan love love. Suka suka. Hehe. 



Makanya scene itu pun berakhir. Jadi saya dan Aminah yang memang jelas ketinggalan bas nak ke padang dan waktu magrib pun dah hampir tiba, bergegas lah nak cari teksi ke masjid.

Sampai-sampai kat padang sana, tikar masing-masing untuk lelaki dan perempuan pun dah dihampar,  lauk dah dihidang, maka kami pun berbuka puasa dengan gelojohnya. Lepas makan berat, semua orang solat magrib di satu tempat yang disediakan sebelum sambung dengan makan makanan ringan yang masih ada.  


Tiba-tiba,


Ok, patut lah tiba-tiba semua orang menghilang dari duduk dekat dengan gue. Renjisan-renjisan tepung berterusan dengan jeritan dan kata-kata, "Happy birthday!" dari kawan-kawan baik lelaki atau perempuan (tapi lelaki lebih tinggi seloknya tabur tepung -.-)

Kemudian, aksi bersambung lagi, kali ni dengan telur. Dalam hati, ada satu kerisauan,

"Macam mana aku nak solat tarawih nanti, dah lah dah niat nak solat dalam pakaian ni je. So tak bawak telekung."


Dah comot-comot, baru perasan tengah pakai baju yang baru je beli semalam masa shopping dengan Habibah *Smile outside cry inside* 

Tiba-tiba ada kamera muncul depan hidung, "apa perasaan kau sekarang hahahahah?" the one asking was a boy. Dan masa tu dengan senyuman sumbing jawab jela, "Happy terima kasih la susah-susah nak buat surprise." padahal rasa nak tumbuk kau sakit oiy baling telur dari jauh grrrr.

First time dalam hidup, 2 pranks in 1 day. 2 same pranks to surprise me on my birthday, and I appreciate them a lot, tapi perasaan menanggapi kedua-dua prank ini sangat berbeda. Prank pertama tadi cukup dilitupi dengan perasaan indah dan love-love dan terharu, yet why this one I felt so sad deep inside.....?


"Takpe lek ar, kitorang bawak lah baju kau untuk tukar hehe."
"Laa yeke, bila kau amek?"
"Tadi lah before datang, aku minta kat osmet kau."

"Ouh lega aku."
'Tapi aku tidak merasa sedih dikarenakan baju, tidak sama sekali....Terus sebab apa ya?' monolog hatiku dalam bahasa Indonesia.


Kemudian, dah siap-siap semua foto-foto and kemas-kemas, saya pun gerak ke toilet masjid negeri yang sangat besar dan selesa, senang nak mandi dan tukar baju. Then,

Baru perasan baju yang dibawa kawan tu terkena telur dan tepung juga. *hu hu hu*

Then teringat hadiah yang kelas-mates bagi tadi


Makanya hadiah hari jadi pun terasmi pada hari pertama penerimaannya. Bersyukur sangat dapat hadiah tu dari sahabatku syurgaku maka dapatlah solat tarawih kat masjid negeri.


Alhamdulillah
Kesinambungannya, beberapa minggu dari hari kejadian, saya dan Aminah telah menarik diri daripada persatuan memasak (nama kelab sebenar). Dan itu menjadi moment terakhir dalam hidup saya, berkawan dan bergaul rapat dengan kawan-kawan berlainan jantina dan join mana-mana persatuan. 

Sejujurnya saya sangat rasa dihargai sepanjang menyertai kelab tersebut. Dan saya juga sangat menghargai dan berterima kasih, dengan semua memori dengan hangpa semua dan efforts put untuk sambut ulang tahun birthday saya pada malam tu. TERIMA KASIH SEMUA, DAN MAAFKAN SAYA. Saya memilih untuk tidak lagi berada dalam crowd ni somehow sebab rasa dah tak belong and rasa malu pada diri sendiri dan malu Allah. Dan salahnya semua ini bukan disandarkan pada siapa-siapa, melainkan hanya diri saya sendiri. 


"Nilai wanita bukan terletak pada pakaiannya yang menonjol, berhias diri untuk memperlihatkan kecantikannya, tetapi hakikatnya ialah pada kesopanan, rasa malu dan keterbatasan dalam pergaulan."

"Sebaik-baik wanita adalah yang tidak memandang dan dipandang."

"You cannot change the people around you, but you can change the people you choose to be around."


Jauhlah diri ini dari memenuhi ciri-ciri sosok seorang wanita yang solehah, apatah lagi untuk saya tidak sadar  diri mengaku sudah baik dan sempurna, maka kerana merasa diri tidak sempurna, baik dan solehah lah, tindakan withdrawal ini dulunya diambil. I decided to re-choose the crowd around me, and may Allah bless and count this very little effort of mine. Amin, insyaallah.
.
.
.
.
.

Berkelab dan berpersatuan itu tidak salah kan? Asal ada adab batas dan etika yang jelas yang tidak melanggar syariat Allah. 


*********************************************************************************
Everyone has their own dark and bright side. In order for the light shines brightly, the darkness must be present. Lets embrace the past even it is dark and live the future :)

K, tu saja kisah prank tersebut. Kisah tidak benar, tapi betul. Hew.


Lagi satu, prank ni seronok sih sebenarnya. Selain boleh mengeratkan silaturrahim, boleh juga kita kena-kenakan kawan kita. Namun alangkah lebih baiknya sekiranya prank itu tidak melibatkan makanan-makanan yang masih elok dan berguna yang samada kita boleh sedekahkan pada yang lebih memerlukan atau untuk diri kita sendiri saat kita lapaq atau duit poket dah kontang. Kan kan kan?

They are so precious. Membazir itu amalan syaithon

Tuesday, February 16

Touch My Heart #1

Satu lagi nota untuk diri sendiri, supaya nanti dah tua boleh baca balik :P

Tahun 2010, wow tak sangka dah 6 tahun berlalu. Patut lah belek album tahun 2010 rasa pelik kenapa dulu muka panjang sekarang muka bulat. Mungkin itu yang dinamakan dipanggil revolusi (?) hehe. 

So, belek-belek folder tahun 2010 dalam hardisk, terjumpa album 'Cameron 2010' yang dah bersawang dah lama tak buka. Ada folder 'Cameron 2007' and 'Cameron 2011' tapi yang 2010 ni special sikit, sebab pergi tanpa family dan abruptly tanpa planning. Masa tu kami form 5, last year untuk kami belajar di sekolah. Specific lagi, masa tu adalah satu weekend a week before trial exam SPM dan masa tu adalah masa yang sangat stress untuk form 5. Maka terjadilah satu escapism 4 orang pelajar stress ke Cameron Highland yang terdiri daripada Ain dan Nadia (depa memang tinggal di Cameron Highland so kira escapism versi homesick) disertai saya dan Siti. Nadia ajak saya, Ain ajak Siti, tu lah untung baik ngan orang dok kat tempat peranginan yang comel-comel. Hehe.

Tapi nak fokusnya adalah pada beberapa sosok yang sangat menyentuh hati saya. I get easily inspired by people who touch my heart, especially orang yang lagi tua. So masa tu sampai di Cameron Highland, Siti stay kat rumah Ain dan saya stay di rumah Nadia. Rumah Nadia masa tu adalah satu apartment yang disediakan khas untuk pekerja-pekerja dia. Rumah Nadia simple je, but very nice and lovely ditambah lagi dengan keluarga Nadia yang sangat tinggi depa punya hospitality, especially ayah Nadia, Pakcik Burn, Pakcik Bakar. Sweet sangat family Nadia ni, Nadia anak pertama dari 3 beradik, yang kedua lelaki tapi masa ceq pi dia takda kat rumah, adik bongsu Nadia pun lelaki dan dia sangat talkative, sangat aktif, sangat bijak, sangat comel budaknya. Ada je cerita-cerita kuar dari mulut dia, geram nak cubit-cubit. Bangga dia cerita ada ramai peminat perempuan kat sekolah hehe. Last time jumpa dah besar dah dia tapi talkative masih sama :)

Mak Nadia suri rumah, cantik sangat orangnya, lembut je percakapannya, wajah muda dari usia, sejuk mata memandang. Macam Nadia juga. Pandai masak pulak tu, sepanjang 2 hari stay kat sana, setiap masa masak makanan heavy dan dessert yang best-best. Paling sedap spagetti mak Nadia, tak tahu lah makcik letak madrem apa dalam tu tapi sampai sekarang ingat spagetti tu sedap. Pokoknya datang rumah Nadia memang takda langsung moment ceq akan lapar. Hm, suka makcik, tenang je sepanjang stay sana.

Ayah Nadia, Pakcik Bakar, kulit flawless sunggoh, kalah wajah wanita-wanita. Memang rasanya keluarga Nadia ni semua flawless, dari mak, ayah, anak semua putih selepuk. Insecure kitew. Pakcik pun wajahnya awet muda, slim and fit je alhamdulillah sihat walafiat tanpa penyakit. Pakcik kerja di Jabatan Saliran dan Pengairan, baru je tukar ke Cameron Highland masa saya datang stay Cameron tu. Pakcik Bakar ni, hmm, sangat inspiring orang nya. Rasanya 80% kenangan pergi Cameron masa tu jadi best adalah sebab pakcik Bakar. Wise orangnya, tenang percakapannya, walaupun beza umur jauh tapi tak rasa kekok pun ngan pakcik. Sepanjang kami kat sana pakcik lah yang offer jadi driver and tour guide. Hari Sabtu second day tu pakcik kejut awal pagi suh bangun pi mandi, dia nak bawak kami pi panjat Gunung Lumut. Masa tu ceq pun macam biasalah dengan amnesia ku, dalam kereta baru perasan tak bawak sweater hehe, then pakcik lah yang bagi pinjam sweater hijau lumut dia. Warna pun sama dengan Gunung Lumut yang kami panjat tu hehe. Gunung ni takdelah susah pun panjat dia, more to jalan je sebab ada laluan jalan kaki made of kayu-kayu, dan dia unik sebab hutan dia macam scary-scary macam dalam setting scene kejar-kejar Edward dengan Bella dalam filem Twilight. 

Jeng jeng jeng, ni pakcik Bakar
Jeng jeng jeng ini hutan Gunung Lumut
Lepas tu pakcik bawak kami pi naik Menara Brinchang pulak, sebab pagi lagi masa tu kabus tebal, cakap pun keluar asap. Kami dok berlama-lama kat atas tu, foto-foto, borak-borak, pakcik sabar je tunggu and jadi photographer tak berbayar. Pakcik bawak juga dia punya handycam masa tu. 

Pakcik dan handycamnya berpisah tiada
Next pakcik bawak kami pi ladang teh kat tepi-tepi bukit, pastu straight ke Kilang Boh, tempat wajib pergi kalau sampai Cameron. Masa ni pakcik bisik-bisik ngan boss kat situ, nampak lah pakcik kenal ramai orang dan ramai orang suka pakcik, so kami dapat lah makan free masa kat cafe kilang tu. Apa lagi, order banyak-banyak hehe. Nyum nyum. Lepas makan gi tengok kilang dia, pakcik bisik-bisik lagi. Then kami pun dapat special service dari penjaga kilang aka encik peramah yang tanpa berhenti pun dok menerangkan dengan detail tentang proses macam mana daun teh boleh jadi serbuk teh sebelum dibungkus etc etc. Orang lain semua jalan  and baca sendiri je explanation yang ditampal kat cermin tapi kami dapat direct explanation dari encik peramah. Saya syak pakcik Bakar bagitau encik peramah yang kami berempat dalam lawatan sambil belajar hehe.


Ini Siti semasa bujang, 2016 Siti sudah tidak bujang lagi
Di Kilang Teh BOH
Lepas tu balik rumah Nadia dulu, rehat-rehat, solat-solat, makan-makan makanan mak Nadia masak, tukar-tukar baju then bergerak pula ke Big Red Strawberry Farm. Ni pun tempat wajib pi kalau sampai Cameron Highland. Sampai tu terus makan dulu, padahal dah makan kat kilang teh and kat rumah. Masa tu pakcik suruh order je, semua pakcik yang bayar. Lepas tu pakcik bawak kami pi satu lagi ladang teh kat tepi bukit, main foto-foto kat sana. Bila dah penat pakcik belanja ngeteh teh panas kat ladang tu, as masa tu pun dah start sejuk sebab dah makin petang.

Is it a dying cactus?
Pakcik belanja I
Pakcik belanja II
Ini Nadia Bakar
Gadis pingitan hotstuff sekolah
Itu namanya Ain Solehah, kita panggil dia naga hehe




Pakcik caught red handed :P
Malam tu gi main kat rumah Ain sekejap, sebelum ibu Ain bawak pergi pasar malam kat sana. Ibu Ain ni seriously comei, perangai macam orang muda lagi, bergurau macam kawan je ngan Ain hehe. Kat pasar malam tu tak ingat lah berapa kali ceq beli strawberi celup coklat, sedap bakhang. Best-best, on top of everything, hari tu memang well splendid. ALHAMDULILLAH.

Esoknya pagi ahad Nadia ajak gi jogging kat sekitar kawasan rumah dia. Jogging sangat, padahal jalan je. Hehe. Segar lagi dalam ingatan, udara sejuk masa tu, bentuk-bentuk jalan, bangunan-bangunan, rumput-rumput masa tu and the nice conversation we had. Rasanya paling fresh dalam memory. Masa tu cakap kat Nadia, "Nanti kalau saya datang lagi tempat ni dan masa tu awak dah pindah tempat lain, mesti rasa sedih kan. Ketuk-ketuk pintu rumah orang lain yang buka pintu then jawab keluarga encik bakar dah pindah tempat lain." Hm, tapi biasalah tu. We never experience the same moment twice, so cherish lah moment yang sedang berlaku dengan sebaiknya. Lepastu Nadia ajak jalan sikit pergi makan Marry Brown. Masa tu first time makan MB dan ditambah dengan memori yang best di MB jadi sampai sekarang setiap kali pergi MB teringat moment makan ngan Nadia kat seat luar dengan angin sejuk sepoi-sepoi yang kerusinya bentuk buaian so masa makan kami duk goyang-goyang huhu. Aww rindunya.

( OK admitted I am a keeper of good memories. Sekecik-kecik benda boleh ingat, bak kata Manisah)


Plan jogging bertukar menjadi jalan-jalan, borak dan foto-foto

Masa tengah siap-siap nak balik sekolah semula tu, borak-borak sikit ngan makcik pakcik, masa tu pakcik tunjuk-tunjuk gambar dia masa travel ke luar negara dulu, gambar kat tempat kerja lama dia, gambar Nadia masa kecik, gambar family dulu-dulu. Pakcik Bakar sangat nice orangnya. Baik tutur dan sikap pada isteri dan anak-anak, kat orang luar yang datang menumpang pun sangat lah exclusive layanannya. Dan yang paling terharu sekali, sebelum balik tu pakcik bagi 3 CD yang masing-masing CD siap ditulis nama 'Eli', 'Siti' dan 'Ain'. Dalam tu ada video sepanjang pakcik bawa kami jalan-jalan. Rupanya handycam tu pakcik dok record moment kami gelak-gelak, makan-makan, jalan-jalan, syok sendiri selfie etc etc sepanjang satu hari tu. So sweet. Rasa dijentik-jentik hati. Huhu.

Sepanjang 2 hari yang sekejap stay kat sana, baru tahu dari mana inherited nya sikap Nadia yang sangat baik hati, tak pernah marah, lembut tutur kata, sangat penyabar even orang buat jahat sekalipun, sangat baik lah pokoknya. Yang bermula dari didikan ayah sang ketua keluarga yang sangat lembut dan memahami, disokong oleh isteri yang sekufu sikap dan pemikirannya, maka lahirlah anak-anak yang elok juga peribadinya, kan? I am so much inspired with this family, sangat menyentuh hati, sangat menginspirasi diri untuk turut menjadi baik dan berbuat baik pada orang lain, kerana di situ kita akan dikenang sampai mati. Insyaallah. 

Begitulah kemana tumpahnya kuah,
Kalau tidak ke nasi..


To pakcik Bakar and family, thank you very much for your hospitality and kindness. 

Alhamdulillah dengan kesempatan yang Allah bagi, memori 'Cameron 2010' pasti akan saya simpan kemas dalam lipatan memori. Insyaallah :)

Monday, February 8

Something Happened in Bali

Ok, sesiapa yang tengok korean drama, jangan misunderstood tajuk entri ni ye, takda kaitan dengan drama korea tu hehe. Saja nak tulis something kat sini tentang memori-memori yang tak nak dilupakan even dah tua-tua nanti pun. So here it is,

Februari 2015, penghujung semester 3 kami di Indonesia diisi dengan satu jaulah yang bagi saya tidak kurang hebatnya impak bagi diri kami masing-masing, dan terutamanya diri sendiri. Pada masa tu, kami menjelajah ke Gunung Bromo dan Gunung Ijen di Surabaya serta pulau Bali. Apa yang menarik tentang trip ni adalah ahli travelmates adalah ahli yang sama dengan jaulah OZ, tetapi dengan tambahan 2 orang sepupu kepada Man yaitu Majidah dan Keisya dan yang kedua specialnya jaulah ini adalah adanya tour guide kami yaitu Mas Hendra yang bagi saya personally sangat baik lah orangnya. Sampai sekarang masih lagi keep in touch dengan mas, dan alhamdulillah sekarang mas baru je bernikah dengan pilihan hatinya pada Januari 2016 yang lalu. Yuhu, barakallahufikum mas! :)

#kenapaambiltourguide #kenapatakjalansendiri dekat Indonesia ni lain sikit culture dan peel orangnya. Tak sama macam kebanyakan negara especially negara-negara maju. Bukan nak menakutkan but it is the reality. People living in harsh condition will come out with many ways to survive and to live, including cheating and stealing. So untuk langkah keselamatan as kami tidak ada travelmates lelaki so having a tour guide is our main choice. Plus it is not that expensive and always worth it especially tentang jimat masa dan tenaga as kalau kita tak nak sewa kereta dan naik public transport yang lebih murah will consume more of our time. Tapi afterall, depends juga kat taste masing-masing. :)

So first day tu kami touched down airport Surabaya dan langsung dijemput Mas Hendra dan dibawa ke hotel bajet (hotel ke?). Tempat kami menginap tu seperti satu rumah kecil 2 tingkat, dibawah ada 1 toilet dan 1 bilik dengan 2 katil single. Tingkat atas ada 1 katil queen dengan extra 1 tilam queen. Ok lah, selesa dan affordable dan homey. Tengahari tu saya Cullen dengan Keisya pergi jalan-jalan sekitar kawasan nginap huhu sukanya dengan view kat situ semuanya hijau ada ladang teh ada kebun sayur dan macam-macam lagi ber-background kan gunung-ganang. Suka lah tempat macam ni seriously. Bila dah petang sikit mas bawak kami jalan-jalan naik kereta, tengok gunung Bromo dari jauh dan aktiviti wajib; foto-foto.
View di sekitar hotel
Belakang tu semua kebun depa
Tengok tanah dia warna hitam, subur
Dulu selalu dreaming nak rumah menghadap view camni

Ni lah Mas Hendra, boleh cari beliau di ig @novan_flexible
Esoknya dalam pukul 4.00 pagi sebelum subuh lagi, kami dah siap-siap untuk tengok sunrise di gunung Bromo. Sejuk bak hang pagi-pagi kat sana, terpaksa gue sewa jaket tebal bulu rusa nak tahan sejuk padahal dah pakai tiga lapis baju hehe. Mahal? 10,000 rupiah je satu jaket = RM3.00. Kat situ ada surau disediakan, tapi sedikit terbuka especially untuk perempuan tapi overall OK saja.
  
Sunrise di Gunung Bromo
Sunrise di Bromo II
"Lihatlah di sana!"
Tu Gunung Bromo dari jauh
OTW ke jip
Then bila dah cerah sikit kami pun bergeraklah ke kaki Gunung Bromo dengan menaiki jip. Bila dah nak dekat sampai, seterusnya kami sewa kuda sorang satu untuk bawa naik ke atas lagi as jip boleh bawa sampai kawasan datar je. Actually boleh je nak berjalan tapi a bit jauh dan bila lagi nak ada pengalaman naik kuda hehe. So kuda akan bawa kita naik sampai ke tangga yang membawa kita ke atas untuk melihat ke dalam kawah gunung Bromo ni. Tinggi boleh tahan, capek juga lah nak naik ke atas tu, kami pun cover-cover buat nak foto-foto dulu padahal masing-masing dah semput hehe. Bila sampai atas di tebing kawah tu, tetiba jadi gayat rasa macam nak tercampak masuk ke dalam kawah tu sebab kami (gue dan Cullen) pi main kat tebing yang takda benteng. Ish ish sila jangan tiru aksi ini. Next kami berjalan sekitar gunung ni misalnya ada Pasir Berbisik dan Gunung Teletubies/ Padang Savana, savana means rumput.


Ni kuda Man
Penjual bunga abadi di kaki gunung
Di area Pasir Berbisik

Acah acah Titanic tapi Jack takda


Ni dari tempat parking jip ke kaki gunung




Orang local sini style ikat kain batik kat leher tak kira laki atau perempuan
"Im the Mastar"
Pakcik Jip kami, style je duduk
Padang Savana
Bukit Teletubies
Tangga maut 
 
To Gunung Bromo and its beauty, I gave it 5/5 star!

Next adalah perjalanan menuju Gunung Ijen. So kat sana tempat penginapan kami consist of three separated rooms. Each rooms ada 1 queen bed and 1 toilet. So selesa and best je. (ps: Semua ni dah included dalam harga pakej). Esoknya lepas subuh kami pun berangkat untuk mendaki di Gunung Ijen. Actually takda lah tinggi sangat gunung ni, tapi takdalah senang dan leisure sangat nak daki dia. Kami ambil masa dalam 2 jam nak naik atas, sebab asyik berhenti nak ambil gambar. Takleh resist sebab view sepanjang naik atas cantik sangat huhu. Mas pun pening ngan kami takut drag masa dan affect schedule :P kelakar lah mas. Dan bila sampai atas subhanallah cantiknya kawah gunung Ijen *teary eyes* serious cantik sangat. Sangat worth perjalanan 2 jam mendaki dengan kecapekan. Beauty is pain, bak kata Keisya.

3km perjalanan daki

500m lagi
Cantik banget, benti dulu tangkap gambar
100m lagi, dah hampir nampak kawah
Ha ni lah kawahnya (serta Cullen yang hyper huhu)
Sampai dah kawah Gunung Ijen, subhanallah 
Masa kami kat atas, tengah foto-foto, tetiba ada sekelompok anak Indonesia dari UNAIR, Surabaya ajak foto bareng. Katanya 'aneh foto lak-laki semua ga ada cewek'. Bila di kasitahu kita orang Malaysia terkejut sangat semua tak percaya, mungkin sebab muka masing-masing dah bermutasi jadi macam orang Indonesia. Kalau dulu awal-awal datang Indonesia, setiap kali pergi mana-mana orang senang je detect kita orang Malaysia. Sekarang pergi mana-mana orang tak percaya kita bukan orang Indonesia. Lol. Anyway, di Ijen kami dapat lah kenalan baru yaitu adik-adik dari UNAIR.
  





Dekat Ijen ni, antara yang tersentap diri sendiri adalah local people aka orang gunung yang bekerja kat Gunung Ijen ni. Sepanjang perjalanan mendaki ke atas, akan sentiasa ada pekerja-pekerja yang ulang-alik naik turun untuk mengutip belerang/sulfur dari kawah dan bawanya turun ke bawah (kilang) dengan meletakkan belerang di dalam 2 bakul yang diikat pada sebatang kayu dan diletakkan di atas bahu. Hm, kuat orang gunung ni. Mereka even bawa berkilo-kilo gram beban atas bahu tapi still steady je jalan, laju pulak tu. Range umur pekerja adalah dari 16 tahun sampai 70-an. Ada yang kami tengok pak cik dah tua sangat, layaknya berehat saja di rumah bermain dengan cucu cicit, beliau sekejap-sekejap berhenti sebab capek mungkin. Pekerjaan ini digelar penambang kalau ikut bahasa tempatan. Pendapatannya tidaklah terlalu lumayan kalau menurut saya, kerana 1 kg hanya berharga Rp1,250. Purata untuk setiap kali angkut adalah sekitar 50-90kg tergantung kekuatan individu masing-masing dan purata rata-rata hanya 2 kali ulang naik turun dalam sehari.
Screenshot dari video interview pak cik penambang


"Udah kerja berapa lama pak?"

"10 tahun dik."

"Sehari berapa kali ulang naik turun?"

"Cuma 2 kali."

"Sekali angkut berapa kilo pak?"

"Sekitar 60 kilo lah kalau saya."

Alat timbang berat sulfur yang depa kutip kat kawah
Macam Rainbow pakcik ni. Beliau bukan penambang tapi pak kawasan,
masa ni beliau tengah tebang pokok yang halang laluan jalan

Sepanjang perjalanan kami naik ke atas, kami ditemani Pak Husin. Huhu Pak Husin ni baik sangat, macam atuk-atuk yang sangat penyayang kat cucu-cucu. Melayan jela kami buat video 360 degree, video interview life dia, video ajak zikir subhanallah bila tengok view cantik sangat dan lain-lain. Pak Husin ni umurnya dalam 60-an, dulu pernah berkerja sebagai penambang juga. Namun kerana tidak lah sanggup menanggung lelah bekerja as penambang dan ditambah as kelebihan Pak Husin yang boleh berbahasa Inggeris so Pak Husin pun kerja as guide yang bawa pelancong naik atas. Rajin sangat Pak Husin ni, bila kami dah sampai bawah semula dan rehat di satu warung, Pak Husin terus ganti kerja as waiter dekat warung tu. Dia tolong cuci pinggan, serve customer dan sebagainya. Gigih sangat orang Indonesia dalam mencari rezeki. Sangat sentap diri sendiri, terlalu banyak nikmat yang ada pada diri tapi still banyak rungutan yang keluar dari mulut. Huhu. Sampai sekarang ingat lagi irama alunan zikir Pak Husin, sebab dia lain sikit dari yang biasa kita dengar. Baru-baru ni dapat mesej dari mas Hendra, kami dapat titipan salam dari Pak Husin. Semoga Allah sentiasa merahmati dan memurahkan rezeki Pak Husin dan keluarga, amin insyaallah.

Ni Pak Husin, gambar screenshot dari video
Pak Husin tengah berzikir sebab kena suruh huhu
To Gunung Ijen and its memory, I gave it 5/5 star!

Next is pulau Bali. And I swear I won't come to Bali again hukhuk. So kami melintasi lautan yang memisahkan kepulauan Jawa dan Bali dengan menaiki feri. Awal-awal kat jeti dah nak kena pau dengan polisi dengan alasan kami orang Malaysia. Nasib baik ada mas Hendra jadi kami pun terlepas, ni satu lagi kelebihan bila ada tour guide Indonesian, apa-apa boleh cover kita dari kena pau. Dulu ada kawan sewa motor kat pulau Bali kena pau dengan polis sampai 500,000 rupiah sorang. Naya je duit melayang. Kat Bali kami stay kat hotel bajet untuk 3 hari 2 malam. Satu bilik 1 queen bed and toilet, free breakfast every day. Hari pertama kami jalan-jalan di pantai Pandawa, pantai Sanur, pantai Jimbaran, tebing Pura Uluwatu dan Pantai Kuta (tengok sunset cantik banget). Hari pertama ni banyak gi pantai je tapi kat each pantai tu sekejap-sekejap je pergi sebab sangat panas (I mean, PANAS sunggoh) ditambah lagi dengan view tourists bermandi-manda in their one and two pieces *sigh*. So foto-foto kejap pastu berlari balik masuk kereta hehe. Kat Pura Uluwatu sandal mas Hendra kena culik dengan monyet nakal haha mas pulak jenis reda dan innocent last-last kami yang tolong amikkan dengan mengorbankan chocolate bar ku untuk jadi umpan monyet nakal. Kelakar lah mas.

Tengok air dia, paya ngan laut terpisah
Pura Uluwatu
Pantai Sanur
Pantai Pandawa
Pantai Jimbaran


Pantai yang berbeda tapi serupa je
2 orang manusia tegar kasut depa basah huhu


Sunset at Pantai Kuta


After severall attempt (and still tak jadi hehe)
Hari kedua pergi Ubud (tengok sawah/padi huma), Sangeh (tempat monyet-monyet) dan Tanah Lot (tengok sunset). Hari ketiga which was the last day kat Bali, kami cuma shopping-shopping beli souvenirs before mas hantar kat airport untuk pulang ke Malaysia. 

Ubud
Pun boleh mas
Cullen jejak kasih hehe
Sepanjang kat tempat ni rasa nak cepat keluar, rasa insecure ngan monyet
Nampak comel tapi bila dekat dia tarik tudung hang, hang tengok la 
Nama dia ni luwak. Pernah dengar kopi luwak yang mahal tu tak?
Kopi luwak tu kopi depa proses dari najis si luwak ni. Sebab tu sedap. And mahal. He he.
Tanah Lot
Last sunset at Bali
So malam last kami di Bali tu lah, something happened. Ciye macam apa ja huhu. Nak dijadikan cerita malam tu perutku sepertinya mengidam untuk makan western food sebab since first day kat Bromo asyik makan nasi dan sebagainya yang memang local food. And when I said western food is something I imagined to be macam Pizza Hut ke KFC ke. Huhu. Pastu malam tu mas yang polos dan innocent pun bawak lah kami mencari western food yang dikarenakan request dari gue (hukhuk). Jauhnya merantau maka kami pun sampai lah ke satu kedai di satu jalan, which happened to be semua kedai along the road adalah PUB. Dan kedai yang kami pergi ni is the only kedai yang halal sebab kedai orang Malaysia. Jadi takpalah kami pun dinner macam biasa dan nak pulang macam biasa. Bila nak balik, kereta kami tu akan melalui the whole road yang kanan kiri nya adalah kelab-kelab malam dan nak dijadikan takdir masa tu kereta gerak slow sangat, jammed mungkin, accident mungkin, tapi kurang lebih 1 menit kereta bergerak 10 cm je *cryy* huhu. Dan sepanjang masa tu we were like, 

"Ya Allah, janganlah cabut nyawa kami di sini, selamatkanlah kami sampai kami keluar dari jalan ini, kurniakanlah kami khusnul khatimah dll..." 

Sebabnya, kanan kiri kami tu penuh dengan scene orang mabuk, lelaki dukung perempuan mabuk bawak pergi mana kami taktau, orang yang hampir buat sex kat tepi jalan, ada satu kedai tu ada perempuan half naked menari dalam cage, ada orang muntah tepi jalan sebab mabuk, ada yang ketuk cermin tingkap kereta, kissing scene banyak lah tak yah cakap. Haduh, taktau apa yang Allah nak tunjukkan pada kami malam tu. Kalau lah nyawa dicabut pada detik di malam itu, tak rasa pun ianya akan menjadi kematian yang diidamkan dan dibanggakan oleh diri, kawan dan keluarga untuk mengistiharkan kematian kita kepada dunia. Astagfirullah. Dan setiap dari kami semuanya rasa bersyukur sangat bila melihat sesuatu yang membuatkan kami menghargai dapat merasai nikmat dilahirkan as a Muslim dan merasai nikmat iman. Alhamdullillah. Everything happened for reasons. Takda kebetulan dalam Islam. 

So sedikit sebanyak itulah yang berlaku di Bali. Takda apa sangat pun :P And seronok je dengan tarbiyah dan banyak perkara yang belajar kat sana, but I choose not to go there anymore. Because once is always enough (yeke?)

* tapi kalau Bromo ceq nak pi lagi :P #ILoveBROMO

30

Assalamualaikum my semi private diary.  Dear self, You are 30 years old now. Was it yesterday i am 18 years old? Happy with my SPM result an...